Pisang Cavendish merupakan
komoditas buah tropis yang sangat popular
di dunia, di Indonesia, pisang ini lebih dikenal dengan sebutan Pisang Ambon
Putih.Pisang Cavendish banyak dikembang biakan menggunakan metode kultur
jaringan.Keunggulan bibit pisang hasil kultur jaringan dibandingkan dengan
bibit dari anakan adalah bibit kultur jaringan terbebas dari penyakit seperti
layu moko akibat Pseudomonas solanacearum dan layu panama akibat Fusarium
oxysporum cubense.Dalam kultur jaringan pisang, sampai saat ini yang banyak
dikenal adalah kultur
Tanaman
pisang mempunyai ciri spesifik yang mudah dibedakan dari jenis tanaman lainnya.
Tanamannya terdiri dari daun, batang (bonggol), batang semu, bunga, dan buah.
Pisang termasuk keluarga musaceae, salah satu anggota ordo scitamineae.
Morfologi
tanaman dapat tampak jelas melalui batangnya yang berlapis-lapis. Lapisan ini
sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpan air
(sukulenta) sehingga lebih tepat disebut batang semu (pseudostem). Daun pisang
Cavendish berwarna hijau tua. Lembaran daun (lamina) pisang lebar dengan urat
daun utama menonjol berukuran besar sebagai pengembangan dari morfologis
lapisan batang semu (gedebog). Batang pisang sesungguhnya terdapat didalam
tanah, yaitu yang sering disebut bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah
atas terdapat mata calon tumbuh tunas anakan. Bunga pisang yang disebut tongkol
yang disebut jantung. Bunga ini muncul dari primordia yang terbentuk pada
bonggolnya, perkembangan primordia bunga memanjang keatas hingga menembus inti
batang semu dan keluar diujung batang semu tersebut. Panjang Tandan 60 - 100 cm
dengan berat 15 - 30 kg. Setiap tandan terdiri dari 8 - 13 sisiran dan setiap
sisiran ada 12 - 22 buah. Daging buah putih kekuningan, rasanya manis agak
asam, dan lunak. Kulit buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning
muda halus. Umur panen 3 - 3,5 bulan sejak keluar jantung.
Salah
satu tanaman buah-buahan yang diperbanyak secara komersial dengan teknik kultur
jaringan adalah pisang. Pisang biasanya diperbanyak secara vegetatif
menggunakan anakan atau bonggolnya. Ukuran anakan yang cukup besar menyulitkan
transportasi bibit dari satu tempat ke tempat penanamannya. Anakan yang
diproduksi oleh satu induk pisang ukuran dan umurnya beragam, sehingga sangat
sulit untuk memperoleh anakan berukuran seragam dalam jumlah memadai untuk
perkebunan pisang secara komersial.
Perbanyakan
klonal pisang dengan teknik kultur jaringan dapat mengatasi kendala-kendala
tersebut. Metode dan tahapan perbanyakan yang digunakan untuk perbanyakan
klonal pisang ini serupa dengan metode perbanyakan lainnya. Teknik yang umum
digunakan adalah kultur meristem (meristem culture) atau kultur pucuk (shoot
culture), selain itu telah dicoba juga untuk mengkulturkan tangkai bunga
inflorescence muda pisang. Pisang Cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan
Pisang Ambon Putih. Perbanyakan tanaman pisang secara kultur jaringan bertujuan
untuk mendapatkan bibit bermutu dalam jumlah banyak dan cepat selama kurun
waktu tertentu. Ditinjau dari tujuan tersebut maka adanya bibit kultur jaringan
akan mampu mendukung pengembangan kebun agribisnis dalam skala luas. Bibit
pisang kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan melalui biakan jaringan
(sel meristem) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro).
Untuk
menghasilkan bibit kultur jaringan yang bermutu, perlu didukung oleh beberapa
komponen, yaitu prasarana, bahan kimia untuk pembuatan media, varietas unggul
dan tenaga ahli. Prasarana berupa laboratorium yang memenuhi syarat, rumah kaca
atau plastik untuk membesarkan bibit yang masih sangat kecil (plantlet), serta
peralatan.
Menurut
George dan Sherrington (1984) keberhasilan dalam kultur jaringan sangat
ditentukan oleh medium yang digunakan. Media yang digunakan untuk perbanyakan
klonal pisang ini umumnya adalah media MS. Untuk merangsang pertumbuhan tunas
pada eksplan, zat pengatur tumbuh umumnya ditambahkan ke dalam media kultur.
Sitokinin BAP (Benzil Amino Purin) umumnya digunakan pada kisaran konsentrasi 3
- 6 ppm tergantung varietas, dengan atau tanpa kombinasi dengan auksin.
Keasaman media umumnya adalah 5,5 sampai 6. Inisiasi merupakan proses awal
dalam kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu keberhasilan
kultur. Proses pertama dalam inisiasi adalah pengambilan eksplan atau bahan
kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan sterilisasi eksplan
(Anonim, 2002).
Kondisi pertumbuhanSuhu merupakan faktor
utama untuk pertumbuhan
tanaman Pisang Cavendish.Suhu optimum
untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27° C, dan suhu maksimumnya 38° C.Tanaman ini
tumbuh di daerah tropis dan subtropis, pisang ini tidak dapat tumbuh di
dataran tinggi, ketinggian di atas 1600 m
dpl. Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan
penyinaran akan menyebabkan terbakar-matahati (sunburn).Tanaman ini juga sangat sensitif
terhadap angin kencang karena dapat menyebabkan
daunnya rusak dan robek, distorsi tajuk
dan merobohkan pohonnya. Untuk pertumbuhan yang optimal, curah hujan yang diperlukan
sekitar 200-220 mm, dan kelembapan tanahnya tidak kurang dari 60-70% dari
kapasitas lapangan.Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan Pisang Cavendish
adalah tanah liat yang dalam dan gembur
serta yang memiliki pengeringan dan aerasi
yang baik.Tanaman ini toleran terhadap pH 4,5-7,5.
Prosedur
kerja inisiasi pisang : Sterilisasi di luar Laminar Air Flow Cabinet 1. Cuci
dan kupas eksplan pisang di air mengalir sampai bersih 2. Rendam eksplan pisang
dalam larutan fungisida dan bakterisida 2 mg/ L selama 1-24 jam Sterilisasi di
dalam Laminar Air Flow Cabinet 1. Rendam dalam larutan clorox 30% selama 15
menit, bilas 2x dengan air steril dan kupas 1-2 pelepah 2. Rendam dalam larutan
clorox 15% selama 10 menit, bilas 2x dengan air steril dan kupas 1-2 pelepah 3.
Kupas sampai sisa 3 daun pelepah ukuran 1,5x1,5 cm 4. Celup dalam larutan
clorox 1% dan tanam di media Lama waktu inisiasi dalam kondisi normal adalah 4
minggu (minimal telah 2x subkultur), selanjutnya masuk tahap multiplikasi.
Aklimatisasi
dilakukan apabila tanaman telah di sub kultur sebanyak 4-5 kali. Akan tetapi,
bisa saja dilakukan sebelum 12 kali sub kultur hal ini dikarenakan adanya
permintaan pasar yang meningkat. Media aklimatisasi disterilisasi dengan cara
pengukusan selama 6 jam, hal ini dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang
ada pada media aklimatisasi sehingga pada saat planlet ditanam di media tersebut
tidak akan terkena bakteri/ atau jamur. Selain itu juga, media disemprot
terlebih dahulu dengan larutan bakterisida sehari sebelum media digunakan hal
ini bertujuan untuk menghindari adanya bakteri-bakteri yang tumbuh dan
berkembang pada media selama media disimpan. Aklimatisasi dilakukan selama 4
minggu di dalam sungkup untuk mendapatkan tanaman yang siap di pindah ke
lapangan terbuka.
Pustaka
Anonim, 2003. Berkebun Pisang Secara Intensif. Redaksi Trubus, Penebar Swadaya.
Jakarta. Gunawan. L. W, 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Bioteknologi IPB Bogor. Sutahu suyanti, B. Sc, 2004. Budidaya,
Pengolahan dan Prospek Pasar. Penenbar Swadaya, Jakarta.